Di sela-sela KTT G-20 di Toronto, Kanada, PM Erdogan menyatakan jika negaranya mengeluarkan larangan udara tersebut menyusul serangan 31 Mei pasukan Israel terhadap kapal milik Turki Mavi Marmara. Pada serangan tersebut 9 orang relawan Turki dilaporkan tewas.Pelarangan ini diketahui usai sebuah pesawat yang mengangkut personil militer Israel, dilarang untuk memasuki wilayah udara Turki hari Minggu 27 Juni. Pesawat yang mengangkut personil dalam rute menuju Auschwitz, Polandia terpaksa untuk memutar jalurnya kembali.
Seperti dilansir Kantor Berita Anatolia, Senin (28/6/2010)Pihak militer Israel sendiri menolak untuk merespons insiden ini agar hubungan kedua negara tidak makin memanas, sejak insiden penyerangan Mavi Marmara.
Aturan yang dikeluarkan oleh Turki tidak lepas dari tewasnya sembilan warganya di kapal Mavi Marmara dalam serangan yang dilakukan pasukan komando Israel. Turki sendiri menuntut Israel untuk meminta maaf secara resmi mengenai serangan tersebut.
PM Erdogan sendiri menambahkan jika hubungan kedua negara yang tadinya dikenal dekat ini, hanya dapat dipulihkan jika negara Yahudi itu bersedia untuk meminta maaf atas serangan di Mavi Marmara.
Turki sendiri sebelumnya sudah menarik duta besarnya dari Yerusalem dan membatalkan latihan perang serta memutuskan hubungan perdagangan sebelum Israel memenuhi tuntutan maaf dari Turki.
Israel sendiri menolak dibentuknya tim penyelidik internasional untuk kasus Mavi Marmara. Mereka justru membentuk komisi investigasi sendiri yang dilengkapi oleh dua orang pengamat asing.
0 comments:
Posting Komentar