Tampilkan postingan dengan label Religi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Religi. Tampilkan semua postingan

Di Madinah Ada Masjid dengan Dua Kiblat

Senin, 29 November 2010

Kontroversi arah kiblat masjid di Tanah Air masih terus bergulir. Sejumlah instansi yang berwenang masih mencari solusi atas fakta tersebut. Namun, berbicara mengenai kiblat, kurang afdol bila tidak menilik masjid berkiblat dua.

Ya, Masjid Qiblatain yang terletak di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah, memang memiliki dua kiblat. Satu menghadap kakbah di Makah dan satu lagi menghadap ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Sejarah masjid ini bermula ketika Rasulullah SAW mampir ke kota ini, pada saat perjalanan hijrah dari Makah ke Madinah. Di tempat tersebut, Nabi mendengar ada salah seorang penduduk bernama Ummitasyar yang baru saja ditinggal mati anaknya.

Nabi pun lantas bertakziyah ke rumah Ummitasyar untuk menyatakan belasungkawa. Untuk menghormati kedatangan nabi, keluarga Ummitsayar menyembelih seekor kambing untuk digunakan menjamu para tamu.

Saat jamuan makan akan dimulai, datanglah waktu Salat Duhur. Nabi pun mengajak para sahabat untuk salat terlebih dahulu. Pada saat itulah, turun wahyu dari Allah, yang isinya memerintahkan supaya kiblat masjid diubah.

Wahyu tersebut adalah Surah Al Baqarah ayat 111 “Sesungguhnya Kami, (sering) melihat muka-Mu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan Kamu ke kiblat yang Kamu sukai. Palingkanlah muka-Mu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah muka-Mu ke arah nya. Dan sesungguhnya, orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa, berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allahnya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Diceritakan, saat wahyu turun, Nabi sudah menyelesaikan dua rakaat salat. Karena turun wahyu secara tiba-tiba agar segera mengubah kiblat, maka pada rakaat berikutnya, Nabi langsung memutar arah kiblat. Perubahan kiblat ini langsung diikuti para jamaah. Dengan perubahan tersebut, maka jika sebelumnya arah kiblat menuju ke Masjidil Aqsa di Palestina, maka berubah ke Masjidil Haram, di Makah.

Merujuk pada peristiwa ini, lalu masjid yang dipakai salat dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua. Hingga kini, masjid masih berdiri kokoh. Masjid Qiblatain, dalam sejarahnya telah mengalami pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 893 Hijriah dan tahun 1543 Masehi oleh Sultan Sulaiman. Pemerintah Arab Saudi sendiri juga telah melakukan pemugaran. Namun pemugaran ini tidak menghilangkan ciri khas masjid. Kini, Masjid Qiblatain menjadi salah satu tempat yang biasa dikunjungi para jamaah haji.

Sumber : Okezone.com
Continue Reading | comments

Inilah Masjid Pertama di Dunia

Jauh sebelum Islam berkembang menjadi agama besar pada zaman Nabi Muhammad SAW, telah lahir para nabi dan rasul yang mendahuluinya.

Pada periode ini pula telah dibangun sebuah masjid pertama kali di dunia. Yaitu Masjidilharam pada zaman Nabi Ibrahim alaihi salam (As). Namun masjid pada masa itu tidak seperti bangunan sekarang yang lengkap dengan menara dan bangunan megah lengkap dengan tiang-tiang besar.

Masjid pada waktu itu hanya berupa tempat lapang dengan batas-batas tertentu yang digunakan untuk beribadah dan bermunajat kepada Allah.

Dalam sebuah hadits disebutkan “Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masjid yang pertama kali dibangun? Maka Rasulullah SAW menjawab:

“Masjid Al Haram”

Kemudian aku bertanya lagi: Kemudian masjid apa lagi?

Rasulullah SAW menjawab:

“Masjid Al Aqsha”

Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: Berapa jarak antara keduanya?

Rasulullah SAW menjawab:

“Empat puluh tahun.” (HR. Bukhori 6/290-291; Muslim No. 520)

Sebagian orang berpendapat bahwa yang membangun Masjid Al Aqsha adalah Nabi Sulaiman bin Dawud. Namun pendapat ini perlu dipertanyakan karena jarak masa hidup antara Nabi Sulaiman dengan Nabi Ibrahim lebih dari 1.000 tahun.

Berdasarkan perhitungan dari hadits di atas, kuat dugaan Nabi Sulaiman bukanlah orang yang mendirikan Masjid Al Aqsha, dia hanya memperbaikinya saja. Sedangkan nabi yang mendirikan Masjid Al Aqsha adalah Nabi Ya'qub bin Ishaq, setelah Nabi Ibrahim mendirikan Kakbah.

Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU Ustadz Mukhlas Syarkun membenarkan Masjid Al Aqsa merupakan salah satu masjid pertama di dunia.

Menurut dia, di tempat ini para nabi-nabi sebelum Muhammad SAW telah menorehkan beragam kisah. Di antaranya adalah tempat di mana Nabi Zakariya bermunajat memohon diberi putra walaupun sudah usia tua. Allah SWT pun kemudian mengabulkan doanya dengan memberi putra bernama Yahya. Masjid Al Aqsa juga merupakan tempat iktikaf (berdiam diri di dalam masjid) Siti Maryam, ibu Nabi Isa As.

Pria asal Lamongan itu menjelaskan, Allah swt telah memberikan keutamaan bagi hambanya yang beribadah di Masjidilharam. Yaitu dilipatgandakan pahalanya hingga 1.000 kali. “Dalam hadits disebutkan barang siapa salat di Masjidilharam, maka pahalanya dilipatgandakan 1.000 kali,” ujarnya.

Dua masjid ini menjadi saksi bisu perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Di mana kemudian Rasulullah SAW bermi’raj menghadap Allah Swt untuk menerima perintah salat.

Masjid Al Aqsha kemudian dijadikan kiblat salat pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kakbah di Makkah berdasarkan perintah Allah pada surat Al-Baqarah ayat 144.

“Sesungguhnya Kami lihat muka engkau menengadah-nengadah ke langit, maka Kami palingkan­ lah engkau kepada kiblat yang engkau ingini. Sebab itu palingkanlah muka engkau ke pihak Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu semua berada palingkanlah mukamu ke pihaknya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab mengetahui bahwa­sanya itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan tidaklah Allah lengah dari apapun yang kamu amalkan.”

Masjid Al-Aqsa atau disebut juga Bait Al-Muqaddas (Al-Quds) terletak di Kota Yerusalem Timur atau dikenal dengan nama wilayah Al-Haram Asy-Syarif bagi umat Islam atau Har Ha-Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount/Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. Sementara Masjidilharam terletak di Makkah, Saudi Arabia.

Sumber : Okezone.com
Continue Reading | comments

Di Tempat Ini Salat Jumat Perdana Digelar

Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Jumuah ayat 9: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetaahui.”

Tak berselang lama setelah perintah tersebut turun, Rasulullah SAW pun mengajak umatnya untuk mengerjakan salat Jumat. Lantas kapan dan dimana momentum itu terjadi?

Sejarah kota Madinah mencatat, ketika Rasul SAW memutuskan untuk berhijrah dari Makkah ke Madinah, beliau sempat membangun masjid. Masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Quba, yang terletak di kampung Quba, berjarak sekira empat kilometer di sebelah selatan Masjid Nabawi.

Setelah mendirikan masjid ini, Rasul bersama dengan sahabat Abu Bakar as-Siddiq melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Namun, sebelum sampai di tempat tujuan, beliau singgah di kampung Bani Sulaim.

Bertepatan dengan Jumat, dan waktunya sudah menjelang salat zuhur, Rasul lantas mengajak para sahabat dan kaum muslimin yang ada pada saat itu, untuk mendirikan salat Jumat.

Salat Jumat tersebut dilaksanakan Rasul SAW di sebuah lembah yang terletak di Kampung Bani Sulaim. Letaknya berdekatan dengan Masjid Quba. Menurut Junaidi Halim dalam bukunya Makkah-Madinah dan Sekitarnya, nama lembah tersebut adalah Wadi Ranuna. Sebagai peringatan atas pelaksanaan salat Jumat itu didirikanlah sebuah masjid di lokasi yang kemudian diberi nama Masjid Jumat.

Menurut Hanafi al-Mahlawi dalam Al-Amakin al-Masyhurah fi Hayati Muhammad SAW, salat Jumat yang dilaksanakan di lokasi tersebut merupakan salat yang pertama kali. Sebab, sebelumnya beliau kesulitan melaksanakan salat Jumat karena kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan kafir Quraisy terhadap kaum Muslim.

Informasi di atas dibenarkan Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU KH Abdul Ghoni saat berbincang dengan okezone di Jakarta. Menurut dia, perintah ibadah salat Jumat tidak turun bersamaan dengan perintah salat lima waktu dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.

Kewajiban tersebut baru turun setelah ada firman Allah dalam surat Al Jumuah ayat 9. “Dan di Masjid Jumat-lah, ibadah salat Jumat pertama kali dilaksanakan,” ujar pria yang sudah sering berkunjung ke Madinah itu.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa lokasi pelaksanaan salat Jumat waktu itu terletak di sisi kanan jalan dari Quba menuju Madinah. Ada pun jumlah kaum Muslim yang mendirikan salat Jumat ketika itu mencapai seratus orang. Menurut HM Iwan Gayo dalam Buku Pintar Haji dan Umrah, Masjid Jumat berukuran 7 x 5,5 meter persegi.

Kini Masjid Jumat menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi jamaah haji dari berbagai negara. Akan tetapi, jamaah haji yang berkunjung ke sana hanya bisa berdoa di luar pintu, karena masjid tersebut hanya dibuka pada waktu-waktu salat saja.

Perlu diketahui, kewajiban melaksanakan salat Jumat juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW sebagaimana sabda beliau: “Salat Jumat itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjamaah, kecuali empat golongan yaitu budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sedang menderita sakit.” (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

Selanjutnya dalam hadits yang diriwayatkan Abul Ja’ad adh-Dhumasry RA. Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa meninggalkan tiga kali salat Jumat karena menganggap enteng (malas) tanpa alasan yang bisa diterima, niscaya Allah SWT akan menutup hatinya.”

Sumber : Okezone.com
Continue Reading | comments

Masjid Jin Saksi Bisu Dialog Nabi & Makhluk Gaib

Di Kampung Ma’la, tak jauh dari lokasi pemakaman Siti Khadijah di Makkah, masjid itu berdiri. Saksi bisu dialog antara Rasulullah dengan para jin itu hingga kini masih berdiri tegak di tempatnya.

Masjid dengan luas 10 x 20 meter itu memiliki dua lantai dan satu basement. Di atap masjid bagian kubah dihias dengan tulisan kaligrafi Alquran Surat Al Jin ayat 1-9. Tapi perlu diketahui, masjid ini tak seseram namanya.

“Bangunannya modern dan indah. Bahkan tak seseram kuburan di sini (Indonesia),” ujar Ketua Lembaga Takmir Masjid NU Ustaz Mukhlas Syarkun yang pernah berkunjung ke Masjid Jin kepada okezone di Jakarta, Senin (15/11/2010).

Sejumlah riwayat menyebutkan, masjid yang berjarak sekira 1 kilometer dari Masjidilharam tersebut dinamakan Masjid al-Jin atau Masjid al-Bai’at, karena di tempat itulah para jin menyatakan keislamannya dan berjanji setia kepada Rasulullah SAW untuk beriman kepada Allah swt.

Diriwayatkan, pada suatu ketika usai salat Subuh Rasulullah SAW dan sahabat Anas bin Malik membaca Surat Ar-Rahman ayat 1-7. Di antaranya berbunyi,”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Lantunan ayat suci Alquran itu rupanya menarik perhatian rombongan jin yang sedang dalam perjalanan ke Tihamah. Para jin tersebut lantas mendatangi tempat asal suara dan menemukan Rasulullah SAW bersama sahabatnya di sana tengah membaca Alquran.

Para jin yang dalam salah satu riwayat disebutkan berjumlah tujuh, kemudian langsung menjawabnya dengan kalimat, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami.”

Setelah itu para jin lantas berdialog dengan Nabi SAW. Mereka lantas menyatakan dirinya beriman kepada Allah SWT. “Sesepuh jin hanya berkomunikasi dengan Nabi. Sementara sahabat Anas tidak bisa melihat jinnya, tapi bisa merasakan ada makhluk lain di tempat itu,” ujar ustaz Mukhlas.

Penegasan keimanan para jin dalam riwayat di atas dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya di Alquran Surat Al-Jin ayat 1-2 yang berbunyi:

“Telah diwahyukan kepadamu bahwa sekumpulan Jin mendengarkan ayat Al-quran. Lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan. Yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, karena itu kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT kami dengan siapapun juga.”

Ustaz Mukhlas menjelaskan, ada salah satu riwayat yang menyebutkan surat Jin diturunkan di tempat tersebut. Melalui kisah ini, kata dia, Allah swt ingin menegaskan kepada makhluknya bahwa syariat Nabi Muhammad SAW tak hanya berlaku kepada manusia. Tapi juga makhluk lain seperti jin.

“Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku (Adz Dzariyat : 56)”

Peristiwa pertemuan Nabi SAW dengan jin tak hanya sekali. Menurut Ustaz Mukhlas, Rasul pernah diajak jin masuk ke alamnya. Di sana Nabi ditunjukkan kehidupan bangsa jin, seperti lokasi rumahnya, jenis makanannya, serta cara berkomunikasinya. “Nabi pernah berkata kepada para sahabat bahwa di sana (alam jin) sedang turun hujan,” terangnya.

Kini Masjid Jin menjadi salah satu rujukan tempat ziarah bagi para jamaah haji di Makkah. Di musim haji setiap hari ratusan jamaah haji berdatangan ke tempat ini. Mengingat asal mula keberadaannya serta aspek historis yang terkandung di tempat ini, tak menutup kemungkinan masjid ini juga menjadi tempat persinggahan para jin yang menunaikan ibadah haji.

“Hal itu mungkin-mungkin saja, karena tempat itu memiliki nilai historis yang tinggi bagi jin Islam. Ya semacam napak tilas gitu,” tandasnya.

Sumber : Okezone.com
Continue Reading | comments

New Post

Shoutbox

CLICK DOLLAR HERE

JOIN and GET 25 $ CASH
Join Now
  • Get $25 to start
  • Earn up to $20/day
  • Earn $10 per referral
 
Support : Anas Arema.co.nr | Maya Chentil.co.nr | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Blog Berita Dan Info Online - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger