Katarak biasanya identik dengan penyakit
orang lanjut usia, karena sebagian besar katarak memang terjadi akibat proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Tapi ternyata anak pun bisa menderita katarak.
Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Tapi bukan berarti katarak tak bisa terjadi pada anak-anak, meski sangat jarang. American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus (AAPOS) melaporkan bahwa tiga dari 100.000 anak memiliki katarak.
Katarak menghambat penglihatan dengan menghalangi jalan cahaya ke retina (struktur belakang mata yang mengirim pesan visual ke otak).
Katarak pada bayi dan anak-anak, yang disebut katarak kongenital, menyebabkan pengembangan penglihatan abnormal yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen bila tidak diobati secepat mungkin.
Seperti dilansir dari Ehow, Sabtu (26/6/2010), penyebab terjadinya katarak pada anak adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan gestational
Katarak dapat terbentuk selama kehamilan (periode embrio dalam rahim ibu) karena suatu kelainan dalam pengembangan lensa. Abnormalitas tersebut dapat terjadi tanpa sebab tertentu, dan lebih mungkin terjadi pada bayi prematur.
2. Genetik
Kelainan pada lensa mata alami anak-anak mungkin merupakan gejala dari kondisi herediter (turunan) yang secara langsung berkaitan dengan mata dan pengembangan penglihatan, atau terjadi bersama dengan gejala kondisi medis lain.
3. Janin vaskular persisten
Janin vaskular persisten adalah kondisi yang berhubungan dengan katarak bayi. Dalam perkembangan indera penglihatan, pembuluh darah mengalir dari saraf optik (belakang mata) ke lensa untuk memasok nutrisi. Kerusakan dari pembuluh darah selama perkembangan dapat menyebabkan katarak di bagian belakang lensa.
4. Trauma cedera
Trauma cedera dapat menyebabkan pembentukan katarak. Katarak traumatik adalah hasil dari masuknya benda asing yang kuat, keras, tumpul, baik yang dapat merusak lensa dan menyebabkan pembentukan katarak segera setelah cedera, atau beberapa bulan sampai bertahun-tahun setelah cedera.
Fakta Menarik Seputar Tidur
Jakarta, Setidaknya enam jam per hari tubuh mengalami sistem 'shutdown' untuk sementara waktu alias tidur. Tapi berapa banyak yang Anda ketahui tentang tidur? Mengapa tubuh butuh tidur dan apa yang terjadi pada tubuh selama tidur?
Dilansir dari Health24, Sabtu (26/6/2010), berikut beberapa fakta menarik seputar tidur:
1. Tahapan tidur
Selama tidur malam, ada lima tahapan tidur yang berbeda dan berbeda satu sama lain, yaitu:
- Tahap 1 (5-10 menit pertama), yaitu masa transisi antara sadar dan tidur.
- Tahap 2 (sekitar 20 menit), suhu tubuh mulai menurun dan detak jantung mulai melambat.
- Tahap 3 merupakan masa transisi antara tidur ringan dan tidur yang sangat dalam.
- Tahap 4 (sekitar 30 menit), yaitu tidur nyenyak yang berlangsung. Mengompol dan tidur sambil berjalan biasanya terjadi pada akhir tahap 4.
- Tahap 5, kebanyakan mimpi terjadi pada tahap 5 yang dikenal sebagai tidur gerakan mata cepat atau rapid eye movement (REM). Tidur REM ditandai dengan gerakan mata, meningkatnya laju respirasi dan aktivitas otak, serta otot-otot menjadi lebih rileks.
2. Ketika tidur nyenyak, napas, denyut jantung dan tekanan darah mencapai tingkat terendah sepanjang hari.
3. Rata-rata orang terbangun sekitar enam kali per malam.
4. Dalam waktu 24 jam dari jam biologi tubuh, waktu paling 'down' adalah jam 1-6 pagi, kemudian 3 jam setelah makan siang.
5. Otot-otot tubuh menjadi lumpuh ketika tidur
6. Suhu tubuh turun di pagi hari, mencapai rendah di sekitar jam 4 pagi dan kemudian naik lagi sebelum fajar.
7. Para peneliti tidak pernah bisa setuju persis mengapa tubuh butuh tidur, kecuali untuk memulihkan tubuh dan otak.
8. Perempuan dan orangtua paling sering menderita insomnia
9. Bahkan ketika tidur sangat mendalam, masih ada bagian tubuh yang menangkap suara dan sinyal dari 'dunia' sekitar. Itu sebabnya mengapa orangtua terbangun ketika bayi menangis, tetapi mereka tidak mendengar 'lolongan' angin tenggara.
10. Selama bermimpi, pola otak sama dengan ketika sedang melakukan latihan saat terjaga.
11. Lebih susah membangunkan anak kecil ketimbang orang dewasa, dan biasanya anak akan tampak bingung dan tidak ingat apa-apa ketika bangun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar