KELAKUAN anak sering kali membuat orangtua kesal, akibatnya orangtua pun memukul untuk menghentikan kenakalan buah hatinya. Namun hati-hati, memukul anak berisiko membuatnya menjadi agresif di usia berikutnya.
Benar kata pepatah, anak yang dididik dengan kekerasan nantinya ia akan menjadi anak yang keras pula dan agresif. Mungkin Anda tidak bermaksud untuk melakukan tindak kekerasan kepada anak, seperti memukul. Namun, terkadang kelakuan anak sudah makin membuat kesabaran hilang, sehingga tidak ada cara lain selain memukulnya agar ia menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Kenyataannya tidak ada alasan pembenaran untuk hal yang satu ini.
Sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan mengungkapkan bahwa orangtua yang memukul anaknya ketika ia berusia tiga tahun, mempertinggi risiko anak untuk melakukan tindakan agresif seperti bullying, ketika umurnya mencapai lima tahun. Memukul maupun tindakan penghukuman lainnya yang dilakukan orangtua membuka peluang anak kelak tumbuh dengan sikap agresif di usia-usia selanjutnya.
“Anak perlu bimbingan dan disiplin, namun orangtua sebaiknya berfokus pada tindakan yang positif atau nonfisik untuk mengajarkan disiplin. Jangan sekali-kali memukul anak,” kata peneliti Catherine A Taylor PhD, yang juga seorang asisten profesor dari komunitas kesehatan di Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine di New Orleans, dikutip dari webmd.com.
Catherine dan tim peneliti lainnya, melakukan survei kepada sejumlah responden. Sebanyak 2.500 ibu diwawancara berkaitan dengan kebiasaan mereka memukul anaknya selama umur anak tiga tahun dalam beberapa bulan terakhir.
Hampir sebagian besar para ibu tersebut mengaku mereka tidak memukul anaknya selama belakangan ini, akan tetapi 27,9 persen ibu mengatakan memukul anak tiga tahun mereka satu atau dua kali di bulan sebelumnya. Dan 26,5 persen mengaku memukul anaknya lebih dari dua kali di bulan sebelumnya.
Para peneliti juga menanyakan ibu-ibu itu perihal sikap agresif si anak, seperti apakah mereka suka melakukan bullying, kasar, suka merusak, atau bahkan terlibat dalam perkelahian dengan teman bermain sewaktu usia mereka tiga tahun.
Meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara memukul dan tindakan agresif atau kasar si anak, studi terbaru ini semakin menguatkan penelitian sebelumnya tersebut. Hal ini disebabkan peneliti juga turut meneliti faktor lain yang dapat mengakibatkan hal ini terjadi. Sebut saja karena ibu menelantarkan anak, penggunaan narkoba dan alkohol ketika ibu hamil, stres dan depresi yang melanda ibu hamil, dan faktor fisik maupun psikis kesalahan pengasuhan pada anak.
“Studi ini membuktikan bahwa tindakan fisik atau kekerasan apapun di rumah, menambah tinggi peluang anak menjadi kasar di masa mendatang,” papar Direktur Pusat Pencegahan Kekerasan dan asisten profesor di Klinik Anak, Universitas Kolombia Patricia Hametz.
Lebih lanjut dokter yang juga praktik di Rumah Sakit Anak New York-Presbyterian Morgan Stanley Children’s Hospital ini mengungkapkan, cara orangtua mendisiplinkan anak bergantung pada usia anak tersebut. Ia juga mengatakan bahwa dokter anak pun seharusnya memberikan saran yang tepat tentang bagaimana melatih anak balita berdisiplin. Misalnya saja dengan menerapkan sistem pujian dan penghargaan. Memberikan pujian sebab si kecil melakukan aksi yang positif, merupakan salah satu strategi untuk mengajarkan dirinya mengenai kedisiplinan.
Adapun peneliti dari Pusat Kebijakan Anak dan Keluarga di Universitas Duke Center Jennifer E Lansford PhD mengatakan, kebiasaan memukul anak tidak akan membawa dirinya ke mana pun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar