Banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah datangnya banjir. Salah satunya melalui pembuatan lubang resapan biopori. Bagaimana cara membuatnya?
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman air tanah.
Nantinya lubang ini diisi oleh sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori, yaitu pori berbentuk terowongan kecil yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
"Lubang resapan biopori ini adalah teknologi tepat guna untuk meningkatkan laju resapan air hujan dan memanfaatkan sampah organik yang dimasukkan ke dalam tanah," ujar Kamir R Brata, praktisi dari Konservasi Tanah dan Air IPB, dalam acara Family Environmental Edutainment di Bumi Perkemahan Cibubur, Sabtu (24/7/2010).
Kamir menuturkan ada berbagai manfaat dari lubang ini yaitu memelihara cadangan air tanah, mencegah keamblesan dan keretakan tanah, menghambat intrusi air laut, mengubah sampah organik jadi kompos, meningkatkan kesuburan tanah, mengatasi masalah akibat genangan air seperti demam berdarah dan kaki gajah, mengurangi pencemaran udara dan perairan, mengurangi emisi gas rumah kaca serta mengurangi banjir, longsor dan kekeringan.
"Lubang ini bisa dibuat di dasar saluran yang biasa dibuat untuk membuang air hujan, di dasar alur di sekeliling pohon atau pada batas taman," tutur Kamir.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam membuat lubang resapan biopori ini yaitu:
1. Buat lubang silindris ke dalam tanah pada dasar alur dengan bor biopori berdiameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran. Jarak antar lubang sekitar 50-100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Segera isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan oleh daun pohon, pangkasan rumput halaman atau sampah dapur.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang atau menyusut karena proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
"Hujan tidak hanya terjadi di hutan saja,tapi bisa terjadi dimana saja. Karenanya perlu membuat penyerapan air di lingkungan sekitar rumah," imbuhnya.
Dengan adanya lubang resapan ini maka bencana banjir bisa dicegah. Hal ini juga turut mengurangi risiko penyakit yang biasa datang saat banjir.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar