Saat ini marak iklan agar mengonsumsi minuman isotonik saat sahur. Tapi sebaiknya masyarakat tidak terkecoh, karena minuman isotonik justru sebaiknya dihindari saat sahur.
"Larutan isotonik sebenarnya diindikasikan untuk menggantikan cairan atau ion tubuh yang hilang melalui keringat akibat berolahraga atau beraktivitas berat. Sementara pada saat sahur orang justru baru bangun tidur dan tidak mengalami kehilangan banyak cairan," ujar Dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM dalam rilisnya, Jumat (13/8/2010).
Dr Ari menuturkan sahur biasanya dilakukan saat seseorang baru bangun tidur sekitar jam 3-4 pagi. Pada kondisi normal, saat baru bangun tidur orang tidak akan mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Sehingga jelas bahwa larutan isotonik tidak dibutuhkan saat seseorang sahur.
Larutan isotonik yang beredar dimasyarakat umumnya berisi unsur gula, ion atau elektrolit antara lain natrium, kalium, kalsium, magnesium dan klorida. Bahkan ada juga beberapa larutan isotonik yang ditambahkan dengan vitamin.
Unsur-unsur ini kata Dr Ari ada konsekuensinya. Seperti gula yang terkandung harus diperhitungkan sebagai asupan kalori, terutama bagi orang yang memiliki obesitas atau diabetes melitus yang harus membatasi asupan kalorinya.
Sedangkan elektrolit natrium (Na) yang dikonsumsi berlebihan bisa memperburuk tekanan darah pada orang yang memiliki hipertensi.
Begitu pula dengan tambahan elektrolit lain pada larutan isotonik akan memperburuk fungsi ginjal seseorang yang memang sudah memiliki gangguan ginjal sebelumnya.
"Sebagian produk isotonik ini ada juga yang berasa asam, hal ini tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada orang yang memiliki masalah lambung," ujar dokter dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan, FKUI-RSCM.
Dr Ari memberikan contoh salah satu pasiennya yang berusia 60-an tahun merasa mual dan nyeri di uluhati setelah mengonsumsi salah satu minuman isotonik saat menjelang imsak. Pasien ini akhirnya terpaksa membatalkan puasanya. Pasien ini menuturkan alasannya mengonsumsi minuman isotonik karena takut kehilangan cairan dan ion selama ia berpuasa.
"Padahal menurut saya pasien ini dan keluarganya tidak membutuhkan larutan isotonik tersebut," ungkap Dr Ari.
Menurut Dr Ari seharusnya pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menertibkan iklan-iklan yang menyesatkan seperti minum larutan isotonik saat sahur.
Sementara Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Dr Ir Roy Alexander Sparringga M.App.Sc ketika dikonfirmasi tentang maraknya iklan-iklan makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak pada tempatnya itu, mengaku masih mempelajari masukan dari masyarakat.
"Saya akan mempelajari dan memperhatikan terlebih dahulu mengenai hal ini," ujar Dr Roy ketika dikonfirmasi usai jumpa pers obat tradisional di kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta.
Masyarakat diharapkan lebih kritis dan tidak mudah terkecoh oleh ajakan-ajakan iklan yang tidak tepat, sehingga tidak merugikan diri dan kesehatannya sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar