Layang-layang atau biasa disebut Kaghati tidak hanya sekadar permainan rakyat, tapi memiliki nilai historis bagi masyarakat Muna. Sebelum manusia mengenal tulisan, orang Muna sudah mengenal layang-layang. Layang-layang tradisonal Kaghati dapat ditemui di Kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Terryna Padmi Tunjungsari dan teman satu timnya Tata Sumirat peserta ACI (Aku Cinta Indonesia) detikcom sempat singgah di Muna untuk mengenal lebih jauh tentang layang-layang yang terbuat dari daun ini.
"Ini pengalaman pertama aku melihat layang-layang dari daun. Waktu mendengarnya saja aku heboh sendiri dan antusias ingin melihatnya," ujar Erryn, ketika dihubungi detikcom.
"Tenyata bahannya memang berasal dari daun umbi gadung atau kolope yang telah disusun dan yang lebih unik lagi benangnya, terbuat dari serat nanas yang dipintal menjadi benang," lanjut Erryn lagi.
"Penyusunannya pun gak boleh salah. Terbuat dari tiga helai daun. Satu tangkai daun gadung berisi dua lembar daun betina, di sisi kiri kanan dan satu lembar daun jantan di tengah. Untuk menyemat rangkaian daun dengan rangkanya, menggunakan lidi dari batang bambu," timpal Tata, seorang pegawai negeri sipil.
Pengalaman Tata dan Erryn tidak hanya dapat melihat layang-layang terbuat dari daun saja, tapi juga bertemu dengan maestro pembuat layang-layang daun.
"Kita senang banget bisa bertemu dengan ahlinya, Pak Lasima namanya. Beliau bisa dibilang paling terkenal di antara pembuat layang-layang daun. Tidak hanya terkenal di Muna, tapi beliau juga sudah sering kali mengikuti festival layang-layang di luar negeri," tutur Erryn, seorang wirausaha yang bergerak di bidang distribusi oli.
"Beliau tidak hanya melestarikan dan memperkenalkannya, tapi beliau juga membawa nama baik Indonesia dengan keunikan layang-layangnya di luar negeri," sambung Tata.
Ingin bermain layang-layang yang terbuat dari daun?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar