Penjualan tempe di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam beberapa pekan ini mulai meningkat sekitar 10 persen di banding pekan sebelumnya. Peningkatan penjulan itu terjadi karena warga kesulitan akibat kenaikan harga kebutuhan pangan.
"Penjualan tempe pekan sebelumnya sebanyak 8 kuintal per hari, sedangkan beberapa pekan jelang puasa ini meningkat menjadi sekitar 9 kuintal per hari," kata pemilik usaha tempe Sido Makmur di Wiyoro Kidul, Baturetno, Banguntapan Bantul, Isnadi, di Bantul, Minggu (1/8/2010).
Isnadi mengatakan, peningkatan penjualan tempe ini disebabkan harga kebutuhan lainnya yang naik. Akibatnya, makanan ini menjadi alternatif pilihan untuk dikonsumsi karena harga terjangkau.
"Mayoritas konsumen tempe ini dari kalangan mahasiswa dan minioritas kalangan masyarakat. Penjualan tempe melalui produsen ke rumah makan maupun restoran kecil untuk kemudian disediakan dalam keadaan siap saji," katanya.
Isnadi mengatakan, 9 kuintal tempe atau setara dengan sebanyak 1.800 potong tempe dalam kemasan plastik itu dihasilkan dari bahan baku kedelai mentah sebanyak 6 kuintal atau jika dalam 1kilogram kedelai dapat dihasilkan tempe tiga potong.
Menurut dia, bahan baku kedelai tersebut didatangkan dari luar daerah dengan harga Rp 5.000 per kilogram, kemudian diolah menjadi tempe yang dijual Rp 3.000 per potong. Tempe mampu bertahan selama tiga hari.
"Proses pengolahan kedelai menjadi tempe diperlukan waktu selama sehari semalam, dengan karyawan sebanyak 30 orang yang berasal dari warga sekitar itu cukup untuk memenuhi permintaan produsen," katanya.
Ia mengatakan, permintaan produsen dalam sehari beragam, tiga potong hingga puluhan potong, tergantung besar kecil usaha rumah makan maupun restoran itu.
Lebih lanjut, kata Isnaidi, dengan penjualan tempe tersebut, dirinya mampu mendapatkan omzet sebesar Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per hari. Meski demikian, omzet itu masih dikurangi untuk biaya operasional maupun gaji pegawai.
"Setidaknya selama satu bulan saya mampu mendapat keuntungan bersih sebesar Rp 4 juta hingga Rp 4,5 juta," katanya.
Isnadi mengatakan, usaha produksi tempe yang digeluti selama lebih kurang empat tahun atau sejak 2006 ini awalnya hanya mencoba. Namun karena bisnis ini semakin menguntungkan, ia bertahan hingga sekarang.
"Saat itu saya memulai sendiri dengan mengolah kedelai sebanyak 50 kilogram, terkadang dalam sehari tidak habis. Omzet yang dihasilkan selama beberapa hari sebesar Rp 300.000," katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar