Waspada karena perampokan di dalam lift mulai terjadi di Jakarta.
Para pelaku kejahatan terus mencari celah untuk menjalankan aksi mereka, sebagian menggunakan cara konvensional dengan mengancam dan melakukan kekerasan. Bentuk lainya dilakukan dengan cara-cara yang terbilang baru.
Dalam bentuk baru, pelaku kejahatan mulai nekat melakukan aksinya bahkan dalam ruang gerak yang sangat sempit. Kejahatan di dalam lift mulai terjadi di Jakarta.
Seorang karyawan televisi swasta, mejadi korban pertama di Jakarta. Meski pelaku tidak berhasil menjarah barang berharga milik korbannya, tapi kejadian ini menjadi perhatian khusu bagi pihak kepolisian.
Kepolisian Daerah Metro Jaya bahkan mengimbau kepada pengelola gedung untuk menempatkan petugas keaman dan memasang kamera CCTV pada lift mereka.
Modus kejahatan saat ini terjadi dengan modus yang sangat beragam. Kamis 22 Juli 2010 kemarin, pelaku kejahatan dengan mudah memperdaya pembantu rumah tangga dengan berpura-pura sebagai pekerja yang diperintah majikannya, di Jakarta Timur.
Pelaku mengaku sebagai suruhan pemilik rumah untuk memasang karpet baru, cara ini merupakan yang termudah bagi pelaku untuk dapat masuk rumah calon korbannya dan tidak membuat pihak lain curiga.
Denga leluasa korban menjarah seluruh barang berharga setelah sebelumnya melumpuhkan pembantu di rumah tersebut.
Rabu 21 Juli 2010, seorang pelaku kejahatan dengan mudah melakukan perampokan di Bank Mega Syariah. Seorang diri dan hanya menggunakan pisau sangkur.
Pelaku mengancam teller bang dan menggasak uang yang jumlah mencapai Rp 300 juta lebih. Setelah uang hasil jarahan telah didapat, dengan santai pelaku keluar bank dan berpura-pura sebagai orang tidak waras. Seorang diri dan hanya berjalan kaki.
Bahkan saat petugas hendak menangkapnya, kegilaan pelaku makin mejadi, dia berteriak-teriak dan melawan petugas dengan bahasa yang tidak jelas.
Di jalan raya, aksi perampokan dengan cara baru terus memperdaya korbannya. Dalam satu hari tiga perampokan terjadi di jalan raya dan jalan bebas hambatan.
Cara sangat sederhana, pelaku dengan sengaja menabarakan mobil calon korbannya dan berpura-pura akan menanggung segala kerusakan. Dengan alasan akan mengambil uang di ATM, pelaku meminta korbannya mengikuti. Mereka yang mejadi korban selalu berkendaraan seorang diri.
Saat di lokasi yang sepi, pelaku kemudian mulai menjalankan aksinya dan mengancam korban untuk keluar dari mobilnya. Barang berhaga korban dipreteli dan mobil dilarikan pelaku.
Sementara modus kejahatan lain yang terus berkembang adalah kejahatan di dalam angkutan umum. Mulai menuduh korban sebagai pelaku pengeroyokan, sampai dengan modus muntah-muntah untuk mencuri perhatian korban.
Modus lain adalah dengan tissu bius. Pelaku berpura-pura menawarkan tissu yang sebenarnya telah mengandung cairan yang membuat kesadaran orang yang menghirupnya dengan perlahan tidak sadarkan diri.
Kepolisian melalui Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar selalu mengingatkan agar kita tidak mudah percaya dengan orang yang baru kita kenal. Selesaikan setiap kasus kecelakaan atau kejadian lain di kantor polisi agar terhindari dari tipu daya pelaku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar