Berbagai kasus yang terjadi antara RI-Malaysia yang menjadi sorotan media di Indonesia dan diulang-ulang penayangannya, telah mengubah persepsi mayoritas publik Indonesia menjadi sangat negatif terhadap Malaysia.
Jika tidak ada upaya serius untuk memperbaikinya, maka kondisi itu berpotensi menciptakan konfrontasi jilid II antar RI-Malaysia pasca Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Hasil survei mahasiswa FISIP UI yang dipublikasikan Maret 2010 menyebutkan, 48 persen mahasiswa FISIP UI menganggap Malaysia sebagai ancaman terhadap Indonesia," ujar Musni Umar, Juru Bicara Eminent Persons Group (EPG) Indonesia-Malaysia kepada Kompas di Jakarta, Senin (23/8/2010).
Jika survei itu dihubungkan dengan polling pendapat Harian Republika yang diunduh 23 Agustus 2010, dengan pertanyaan: Siapakah Negara tetangga yang menurut Anda paling tidak bersahabat terhadap Indonesia? Dari 7 negara tetangga seperti Australia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina dan lain-lain, sebanyak 3.607 suara (72,91 persen) dari 4.947 suara, memberi tanggapan bahwa Malaysia sebagai negara paling tidak bersahabat.
Hal itu, menurut Musni Umar, mencerminkan perasaan mayoritas publik Indonesia yang tidak suka atau benci kepada Malaysia. "Anehnya, perasaan mayoritas publik Indonesia itu, tidak diketahui masyarakat Malaysia. Dalam peluncuran buku Membangkitkan Memori Kolektif Kesejarahan Indonesia-Malaysia, 19 Mei 2010 di di Wisma Sejarah Malaysia, Kuala Lumpur, saya memberitahu hasil survei mahasiswa UI kepada Tan Sri Abdul Halim, Anggota EPG Indonesia-Malaysia dan beberapa sejarawan terkemuka di Malaysia, mereka terkejut dan heran," ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar