Home » » Ancaman ledakan penduduk

Ancaman ledakan penduduk

Setiap hari rata-rata lahir 10.000 lebih bayi di Indonesia atau setiap tahun pertambahan penduduk di Indonesia sama dengan total penduduk Singapura, kata para pakar kependudukan.

Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief mengatakan pertumbuhan penduduk mengkhawatirkan.

"Tingkat fertilitas kalau dibandingkan tahun 2002 dengan 2007 relatif sama, bisa memberikan sinyal awal bahwa laju pertambahan penduduk stagnan atau meningkat," kata Sugiri Syarief kepada BBC Indonesia.

Di samping itu, keinginan anak keluarga-keluarga Indonesia sekarang pada umumnya lebih tinggi dari tingkat fertilitas 2,6% per ibu.

"Umumnya mereka kalau ditanya ingin mempunyai anak lebih dari tiga, antara empat sampai lima dan kalau itu dilakukan sudah pasti fertilitasnya naik dan akan berpengaruh pada laju pertambahan penduduk," tambahnya.

Ledakan

Pertambahan penduduk saat ini sekitar 1,3%, masih jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ideal untuk Indonesia 0,5%.
Berdasarkan hasil sementara Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat 237 juta jiwa. Meski hasil akhir Sensus Penduduk baru akan diumumkan dalam pidato kenegaraan presiden Agustus mendatang, jelas jumlah penduduk telah melampaui proyeksi semula sebesar 233 juta jiwa.

Indikasi ledakan penduduk mulai bisa dirasakan dan akan semakin jelas setelah muncul data akhir jumlah penduduk hasil Sensus.

Menurut Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia ,Sonny Harry Harmadi, data ini akan menjadi tolok ukur.

"Setiap tahun sebenarnya kelahiran bayi di Indonesia sekitar 4,2 juta. Itu bukan jumlah yang sedikit karena sama dengan Singapura baru," jelas Harmadi.

Dia mengambil contoh proyeksi jumlah penduduk tahun 2060 dengan asumsi pertumbuhan 1,3%.

"Kalau 1,3% tidak bisa ditekan maka kita akan mencapai kondisi penduduk jumlahnya 500 juta. Kalau ternyata hasil Sensus lebih tinggi dari apa yang kita proyeksikan berarti ancaman ledakan penduduk itu nyata," kata Sonny di kantornya.

Mayoritas produktif

Implikasi kenaikan penduduk yang paling langsung adalah terhadap reproduksi sendiri, apalagi mayoritas penduduk sekarang usia produktif.
Mantan Kepala BKKBN merangkap Menko Kesra pemerintahan Presiden Suharto, Haryono Suyono mengatakan ancaman ledakan penduduk Indonesia saat ini lebih besar dibanding tahun 1970-an.

"Sekarang penduduk di bawah 15 tahun jumlahnya sekitar 60-an juta-65 juta tapi penduduk 15-60 tahun sekarang jumlahnya 150 juta atau lebih.

Kalau penduduk dewasa ini subur dan masing-masing mempunyai anak satu saja maka jumlah anak yang dilahirkan oleh keluarga muda ini sudah dua atau tiga kali dari jumlah anak yang dilahirkan keluarga muda pada tahun 1970," kata Haryono.

Bahayanya, tambah Haryono, anak-anak yang dilahirkan sekarang jauh lebih sehat dibanding kondisi tahun 1970 sehingga tingkat kematian anak menurun drastis di bawah 50% dan dengan sendirinya mereka akan menambah jumlah penduduk dengan kecepatan jauh lebih tinggi.

Meski telah pensiun, Haryono Suyono masih aktif bersentuhan dengan keluarga berencana dan pemberdayaan masyarakat melalui yayasannya, Damandiri. Di tengah-tengah wawancara, Haryono menerima telpon dari seorang kolega di luar negeri.

Menurutnya ada dua alasan utama kenapa pendudung Indonesia cenderung pesat lagi.

"Karena pada tahun 2000 ada perasaan program KB kendur. Ada pandangan yang salah dari masyarakat sekarang tidak perlu lagi KB, ya punya anak banyak lagi," tuturnya.

Realitas

Kondisi dalam negeri tersebut diperburuk oleh keadaan internasional karena PBB juga merasa Indonesia telah lulus dalam program KB sehingga badan dunia tersebut juga mengendurkan programnya.
Apapun alasannya, kendur KB atau keinginan untuk memiliki anak banyak, saya menyaksikan kesibukan ruang tunggu pemeriksaan kehamilan, ruang tunggu pengobatan anak-anak dan ruang tunggu persalinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina, Bekasi, Jawa Barat.

Direktur Rumah Sakit, dr Susi Setyawaty menuturkan rata-rata lahir 6,1 bayi setiap hari di rumah sakitnya, walau jumlah ini lebih rendah dibanding rata-rata kelahiran pada 2004.

Realitasnya di lapangan, saya juga menjumpai sejumlah keluarga yang sudah mempunyai keluarga besar atau yang menyatakan keinginan untuk mempunyai anak banyak, seperti Ibu Kadriah.

"Kalau sanggup sampai lima tapi kalau tidak sanggup dilihat dulu kondisi badannya," kata Ibu Kadriah yang telah mempunyai satu anak.

Lalu saya tanyakan apa pertimbangan lima anak?

"Wah itu kan paling sedikit. Menurut paham saya paling sedikit lima anak," jelasnya.
Share this article :

0 comments:

 
Support : Anas Arema.co.nr | Maya Chentil.co.nr | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Blog Berita Dan Info Online - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger